Terdapatdua hal penting yang mencirikan pendekatan fenomenologi agama. Pertama, fenomenologi adalah metode untuk memahami agama sesorang yang termasuk di dalamnya usaha sebagian dalam mengkaji pilihan dan komitmen mereka secara netral sebagai persiapan untuk melakukan rekonstruksi pengalaman orang lain. Kedua, konstruksi skema taksonomik untuk

Kritik seni From Wikipedia, the free encyclopedia Kritik seni adalah diskusi atau evaluasi mengenai seni visual.[1][2][3] Kritikus seni biasanya mengkritik seni dalam konteks estetika atau teori keindahan.[2][3] Tujuan dari kritik seni adalah untuk mencapai dasar rasional terhadap apresiasi seni[1][2][3] tetapi dipertanyakan apakah kritik seperti itu dapat melampaui keadaan sosial-politik yang berlaku.[4] Monyet sebagai Hakim Seni, 1889, karya Gabriel von Max
Preview(45 questions) Show answers. Salah satu bentuk seni rupa yang dipengaruhi oleh budaya islam adalah Seni rupa yang bisa dilihat dari segala arah adalah Proses awal yang dilakukan dalam menggambar adalah Ilustrasi Kritik Seni pada Karya Seni Lukis. Foto PixabaySuatu karya seni tidak hanya diciptakan untuk kebutuhan hiburan semata. Melainkan membutuhkan kritik sebagai sarana meningkatkan kualitas dan media untuk terus berkembang. Sebuah kritik seni menempati bagian krusial dari penciptaan suatu kritik seni, secara tidak langsung dapat memacu kreativitas para seniman untuk terus berinovasi melalui karyanya. Dengan melakukan pembaruan dan mengembangkan kreativitas, apresiasi masyarakat terhadap suatu karya diharapkan semakin bertambah. Lalu apa sebenarnya kritik seni itu?Pengertian Kritik SeniKritik berasal dari kata kritikos dan dapat dikaitkan dengan kata kranein dalam Bahasa Yunani. Arti kata tersebut, yakni memisahkan, mengamati, menimbang, dan Harmonia Jurnal Pengetahuan dan Pemikiran Seni berjudul "Kritik Seni Pertunjukan", M. Jazuli mengutip pernyataan Kwant 1975 yang menyebut bahwa kritik merupakan penilaian terhadap kenyataan yang dihadapi dalam suatu hal ini, kritik mengandung unsur normatif yang berfungsi sebagai dasar penilaian atau pembahasan terhadap sesuatu yang kita hadapi. Kritik juga selalu didasarkan pada banyaknya kriteria sebagai ukuran penilaian. Dengan artian, orang yang melakukan kritik selalu terikat oleh banyak bidang seni, konsep kritik masih sering diperdebatkan oleh para ahli seni. Hal ini terjadi karena tiap-tiap ahli seni memiliki perspektif dan orientasi kajian yang menengahi perbedaan perspektif tersebut, muncullah sebuah pemikiran yang menyebut jika kritik seni harus mempertahankan aktivitas yang menunjukkan kejelasan. Selain itu, diperlukan juga kekuatan eksistensi disiplin ilmu yang mendukung kritik Hasil Karya Seni Lukis. Foto PixabayKritik seni menurut Flacus 1981, merupakan studi rinci dan apresiasi dengan analisis para ahli atas karya seni yang disertai tafsir beserta alasan dari informasinya. Pada intinya, kritik seni merupakan aktivitas menilai atau menanggapi suatu karya seni untuk menunjukkan kelebihan atau pun kekurangan di Kritik SeniMelansir Kritik Karya Seni Rupa dari Direktori File Universitas Pendidikan Indonesia, fungsi kritik seni memiliki tujuan yang strategis dalam dunia fungsi yang paling utama dari kritik seni adalah menjembatani sebuah persepsi dan apresiasi artistik serta estetika sebuah karya seni. Misalnya, antara seniman/artis, karya, dan penikmat itu, kritik seni merupakan sebuah kebutuhan bagi seniman maupun penikmat seni. Pihak seniman membutuhkan kritik seni untuk mengetahui hasil karya yang mereka hasilkan, sehingga mereka akan mengembangkan karya penikmat seni membutuhkan media untuk menyampaikan proses apresiasi terhadap karya seni. Proses apresiasi terhadap karya seni akan semakin lekat dengan adanya kritik seni sebagai media komunikasi, tentunya disertai dengan perspektif yang Seseorang Bisa Mengkritik Sebuah Karya Seni?Ilustrasi Karya Seni Lukis. Foto PixabaySeseorang yang melakukan kritik terhadap suatu karya seni disebut sebagai kritikus seni. Seorang kritikus bisa mengulas karya seni orang lain atau bahkan karya milik sendiri self-critic.Untuk menjadi kritikus seni, diperlukan sensibilitas dan ketajaman panca indera, pikiran, dan perasaan. Menurut buku Kritik Karya Seni, ketajaman dan sensibilitas terhadap karya seni dilandasi unsur-unsur berikutKeilmuan dan pengetahuan yang relevan;Pengalaman yang memadai dalam hal kritik;Menguasai media kritik komunikatif dan efektif;Menguasai aplikasi metode kritik secara optimal;Terlepas dari berbagai definisi yang ada, kritik seni merupakan salah satu nadi dari sebuah karya seni untuk terus berkembang dan tetap dinamis di tengah perkembangan zaman. Dilansirdari Encyclopedia Britannica, unsur unsur terpenting dari sebuah seni tari adalah wirama, wiraga, dan wirasa. Demikian Contoh Kisi-Kisi Soal dan Jawaban yang dapat Semoga dengan informasi yang KisiSoal.com bagikan ini dapat bermanfaat bagi kalian semua. - Kritik seni adalah kegiatan karya seni untuk memberikan tanggapan mengenai kelebihan atau kekurangan suatu karya seni. Hal ini digunakan dalam berbagai aspek, khususnya sebagai bahan untuk menunjukkan kualitas dari sebuah karya. Dikutip dari jurnal Subjectivity in Art History and Art Criticism 2010 oleh Eleni Gemtou, kritik seni juga bisa diartikan sebagai diskusi atau evaluasi mengenai seni visual. Kritikus seni biasanya mengkritik seni dalam konteks estetika atau teori keindahan. Tujuannya untuk mecapai dasar rasional terhadap apresiasi seni. Baca juga Pengertian Pameran Karya Seni Rupa Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dirumuskan tahapan-tahapan kritik secara umum yang dilansir dari buku Kebudayaan, Ideologi, Revitalisasi, dan Difitalisasi Seni 2020 oleh Ekawati Marhaeny, yaitu Deskripsi Tahapan dalam kritik untuk menentukan, mencatat, dan mendeskripsikan segala sesuaru yang dilihat aoa adanya dan tidak melakukan analisis atau mengambil kesimpulan. Deskripsi yang baik adalah mengandung krtitikan yang berisi istilah-istilah teknis yang umum digunakan dalam dunia seni rupa. Tanpa pengetahuan tersebut, maka kritikus akan kesulitan untuk mendeskripsikan fenomena karya yang dilihatnya. Analisis formal Tahapan dalam kritik karya seni untuk menelurusi sebuah karya seni berdasarkan struktur formal atau unsur-unsur pembentuknya. Tahao ini membuat kritikus harus memahami unsur-unsur seni rupa dan prinsip-prinsip penataan atau penempatannya dalam sebuah karya seni. Baca juga Teori Mimesis Pengertian dan Contohnya dalam Karya Seni DilansirDari Encyclopedia Britannica, Unsur Unsur Terpenting Dari Sebuah Seni Tari Adalah Wirama, Wiraga, Dan Wirasa. Kemudian Saya Sangat Menyarankan Anda Untuk Membaca Pertanyaan Selanjutnya Beserta Jawaban, Penjelasan, Dan Pembahasan Lengkapnya Guna Menambah Ilmu Pengetahuan Anda = Salah Satu Manfaat Membuat Kerangka Debat Adalah?
- Kritik dalam dunia seni rupa adalah bentuk tanggapan saat mengapresiasi sebuah karya orang lain. Kritik dalam seni rupa merupakan usaha untuk merespons, menafsirkan makna, dan membuat penilaian kritis terhadap sebuah karya seni tertentu. Oleh karenanya, kritik tidak hanya berisi tanggapan negatif, namun juga menampilkan keunggulan sebuah karya. Dengan bentuk semacam itu, kritik seni dapat berguna untuk membantu penikmat seni memahami, menafsirkan, dan menilai karya seni yang dikritik. Kritik juga dapat berguna bagi pencipta karya seni, kritik yang diberikan oleh kritikus ternama dapat memengaruhi harga sebuah karya seni rupa. Bila mendapatkan kritik yang baik, maka sebuah karya seni rupa dapat meningkat harganya. Kritik dalam seni rupa, tidak selesai dengan hanya menyebut sebuah karya seni baik atau buruk. Namun, terdapat pula argumentasi mengapa sebuah karya seni baik atau buruk. Pada bagian inilah kritik seni bernilai baik bagi penikmat seni maupun pembuat karya. Argumentasi dalam kritik seni dapat membantu penikmat seni memahami makna sebuah karya dilihat dari berbagai sudut pandang dan dasar analisa. Oleh karenanya, kritikus seni biasanya merupakan orang yang paham seluk beluk dunia seni yang digeluti. Jenis-Jenis Kritik Seni Rupa Dinukil dari Modul Pembelajaran SMA Seni Budaya kelas XII terbitan Kemendikbud, kritik seni rupa memiliki beberapa jenis yang terbagi berdasarkan tujuannya. Berikut merupakan jenis-jenis kritik dalam seni rupa 1. Kritik PopulerKritik populer merupakan kritik seni yang ditujukan sebagai konsumsi masyarakat umum. Karenanya, tanggapan dalam kritik populer biasanya bersifat pengenalan karya secara umum. Dalam memberikan kritik jenis ini, biasanya kritikus seni akan menggunakan bahasa dan istilah-istilah sederhana yang dipahami oleh masyarakat luas. 2. Kritik JurnalisKritik jurnalis merupakan kritik seni yang disampaikan secara terbuka kepada publik melalui media massa, khususnya surat kabar. Kritik ini mirip dengan kritik populer, tetapi ulasannya lebih dalam dan tajam. Karena sifatnya terbuka dan lewat publikasi media massa, kritik jurnalis dapat dengan cepat mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap kualitas sebuah karya seni. 3. Kritik KeilmuanKritik keilmuan merupakan kritik yang sifatnya akademis. Kritik jenis ini memerlukan wawasan, pengetahuan, kemampuan dan kepekaan yang tinggi saat mengapresiasi sebuah karya seni. Kritik keilmuan umumnya disampaikan oleh kritikus yang sudah teruji kepakarannya, baik dalam bidang seni rupa atau seni pada umumnya. Kritikus yang memberikan kritik keilmuan juga menggunakan kaidah-kaidah atau metodologi kritik secara akademis saat memberikan kritik keilmuannya. Kritik keilmuan seringkali dijadikan referensi bagi para penulis karya ilmiah lain atau kolektor, kurator, galeri, dan institusi seni yang lainnya. 4. Kritik PendidikanKritik pendidikan merupakan kritik yang bertujuan untuk meningkatkan kepekaan artistik dan estetika para pelajar seni. Kritik jenis ini biasanya digunakan di lembaga-lembaga pendidikan seni rupa, terutama untuk meningkatkan kualitas karya seni rupa yang dihasilkan peserta didiknya. Kritik jenis ini biasanya digunakan oleh pengajar-pengajar bidang ilmu seni dalam mata pelajaran pendidikan juga Mengenal Macam-Macam Tema dalam Seni Lukis Penjelasan Sejarah Sebagai Ilmu dan Konsep Sebagai Seni Tokoh-Tokoh Karya Seni Rupa Populer, Picasso hingga da Vinci - Pendidikan Kontributor Rizal Amril YahyaPenulis Rizal Amril YahyaEditor Alexander Haryanto
KATAPENGANTAR. Puji syukur senantiasa kami ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas kasih dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Menulis Kritik dan Esai. Tujuan dari makalah ini yaitu menambah pengetahuan, memperluas wawasan, mempermudah memahami dan mempelajari materi yang menjadi
Sekira kurang dari tiga jam sebelum mandiri ArtJog 9 yang dihelat di Jogja National Museum dibuka secara resmi, Ugo Untoro menulis sebuah pertanyaan provokatif di dinding facebook-nya; "Kurator semua…kritikusnya mana?" Saya tidak tahu pasti apakah pertanyaan tersebut ada kaitannya atau ditujukan pada praktik kuratorial dalam mandiri ArtJog 9 dan peristiwa seni lain yang tengah disaksikan Ugo. Pasalnya, pertanyaan itu diajukan tepat saat momen puncak "lebaran seni rupa" di Jogja berlangsung, momen dimana pameran atau peristiwa seni berjubel di berbagai ruang. Dan umumnya, pameran atau peristiwa seni yang berjubel tersebut dikurasi oleh kurator entah tim atau perorangan. Merujuk dari serangkaian respon dalam kolom komentar status facebook tersebut, termasuk respon tambahan dari Ugo sendiri, tampaknya pilihan profesi sebagai kurator dianggap lebih "aman" dan "gampang" ketimbang kritikus. Isi dari sebuah catatan kuratorial dianggap seringkali hanya berbentuk pujian, bukan evaluasi atau penilaian kritis terhadap hasil karya seniman yang berpotensi memunculkan perdebatan produktif. Kerja-kerja kritikus dipandang lebih sulit, butuh pemahaman mendalam soal estetika dan sejarah seni, bukan semata melihat aspek sosiologisnya. Itu bukan pertama kalinya Ugo menyentil kurator di dinding facebook-nya. Ugo juga sempat menulis pernyataan "Harus ada kurator yg kejam" selepas menghadiri pembukaan pameran drawing bertajuk "Polychromatic" yang dihelat 23 Mei-23 Juli tahun 2015 di Greenhost Boutique Hotel. Berbeda dengan pertanyaannya soal kritikus, pernyataan ini lebih menyorot pada fungsi kurator yang mestinya lebih garang. Pernyataan tersebut jadi punya konteks yang jelas saat Ugo merespon salah satu pertanyaan yang diajukan seseorang di dalam kolom komentarnya. Ugo menulis; "Ya bung, kepekaan jg, totalitas mencari/menemukan karya2 bagus yg blm terlihat, bkn cm mengundang artist2 yg sdh di kenal. Ada perjuangan mengenalkan karya kuat dr artist yg blm di kenal". Pernyataan itu adalah bentuk kritik atas pameran "Polychromatic", dimana Ugo sendiri menjadi salah satu seniman yang terlibat-di samping nama-nama lain yang sudah sangat dikenal dalam jagad seni rupa Indonesia Agus Suwage, Aminuddin TH Siregar, Davy Linggar, Uji Handoko, Wedhar Riyadi, Bob Sick Yudhita, S. Teddy Dharmawan, Nasirun, serta Bambang 'Toko' Witjaksono untuk menyebut beberapa nama di antaranya. Meski Ignatia Nilu-in house curator di Greenhost
Top4: Jenis Kritik Karya Seni Rupa Halaman all - Kompas.com; Top 5: kRITIK SENI | Arts Quiz - Quizizz; Top 6: Berikut yang tidak termasuk jenis kritik dalam mengapresiasi karya seni Top 7: √ Kritik Seni: Pengertian, Fungsi, Jenis, Bentuk, Contoh - Yuksinau; Top 8: Jenis Kritik Karya Seni | ardra.biz; Top 9: KRITIKSENIS2: Tipe Kritik Seni

› Jika terdengar suara tentang langkanya kritikus film maupun kritikus susastra mungkinkah karena kecenderungan untuk menulis kritik telah berganti dengan melakukan kajian? Ini mengingatkan saya kepada perbedaan makna kritik dan kaji yang cukup jarang Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI edisi IV terdapatlah arti kritik kecaman atau tanggapan, atau kupasan kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk thd suatu hasil karya, pendapat, dsb; h. 742.Apabila di sana terdapat kata \'pertimbangan baik buruk\', maka beban makna kata \'kritik\' ini tidaklah sembarangan Hanya sahih dilakukan oleh mereka yang mengetahui, memahami, dan menguasai segala kebaikan dan segala keburukan dalam kehidupan di dunia pekerjaan dewa?Jika konotasi kritik memang seperti itu, tentunya seorang kritikus, dikehendaki atau tidak dikehendaki, akan tertempatkan dalam posisi dewa, yakni seolah-olah tampak harus mengerti segalanya, karena para dewa terandaikan telah dengan sendirinya mengetahui hakikat segala sesuatu. Dengan masuknya kata hakikat, yang bersinonim esensi, kita memasuki pengertian esensialisme. Karena kita mulai dengan merujuk kamus, mohon diizinkan untuk mengawalinya dari konteks bahasa, bahwa makna esensialisme diambil dari paham akan cara bahasa berfungsi, dalam hubungan bahasa seni itu kepada suatu dunia obyek independen, yang dalam istilah awam disebut "kenyataan". Paham ini mengira betapa bahasa-juga ungkapan seni-memiliki makna tetap, berdasarkan rujukan setara yang juga tetap, bagi apa yang dikira nyata. Dengan cara itu, kata-kata dalam bahasa, atau juga cara ungkap seni, mengacu kepada esensi suatu obyek atau kategori, yang disebut sebagai "dicerminkan". Seolah bahasa maupun seni itu identik dengan kenyataan yang diungkapnya, seperti bahasa dan seni itu-dalam hubungannya dengan kenyataan-bukan media, melainkan kenyataan itu sendiri!Para penghayat aliran kepercayaan esensialisme ini, yakni percaya hakikat itu ada, beraktivisme dengan esensialisme strategis segala tindak dilakukan seolah-olah penanda-penanda bahasa dan seni apa pun merupakan entitas yang tetap-menetap, demi kepentingan praktis dan politis Barker, 2004 61-2. Ibarat kata identitas Indonesia dalam kesenian Indonesia begitu mudah digugurkan oleh pendekatan dekonstruktif, mobilisasi untuk menghadirkan identitas \'Indonesia\' secara politis tidak akan berhenti, termasuk usaha "mendaftarkan kebudayaan" ke jika kehadirannya disahihkan dalam dunia penelitian ilmiah tentu menimbulkan masalah, yang akan tampak dari pembuktian terbalik melalui konsep diskursifKonsep ini, sebaliknya dari esensialisme, tidaklah sepakat bahwa kata dan penanda seni memiliki rujukan dalam dunia obyek yang independen sehingga memiliki kualitas esensial atau universal. Dalam paham antiesensialis, setiap kategori pengetahuan merupakan konstruksi diskursif yang maknanya justru berubah-ubah menurut waktu, tempat, dan fungsinya. Tiada kebenaran, subyek, atau identitas di luar bahasa maupun bahasa seni. Artinya, bahasa dan seni pada dirinya sendiri tidak memiliki rujukan tetap, dan karena itu tidak ada kebenaran dan identitas yang dan identitas masih bisa dibicarakan dalam dirinya sendiri, ketika keduanya merupakan produksi budaya dalam ruang-waktu spesifik, dan karenanya tidak mengandung universalitas alamiah Ibid., 7. Begitulah konsekuensi pembuktian terbalik pendedahan makna kritik, jika artinya mempertimbangkan baik dan buruk, sehingga dalam kamus kita kritikus berarti Orang yang ahli dl memberikan pertimbangan pembahasan tt baik buruknya sesuatu h. 742.Kajian kerendahhatianilmiah?Bagaimanakah suatu kajian menjadi alternatif dari kritik, tepatnya kritik esensialis? Jika lagi-lagi KBBI ditengok, arti pertama kaji memang \'pelajaran\', tetapi arti keduanya adalah \'penyelidikan\'. Maka arti \'mengkaji\' kemudian adalah 1. belajar; mempelajari; 2. memeriksa; menyelidiki; mempertimbangkan dsb; menguji; menelaah. Perhatikan, tidak ada \'kecaman\', dan tidak terdapat asumsi sudah mengetahuinya lebih dulu, seperti arti \'orang yang ahli\' bagi kritikus, karena arti pengkajian pun proses, cara, perbuatan mengkaji; penyelidikan pelajaran yang mendalam; penelaahan h. 604.Dalam semua rumusan yang berasal dari kata kaji tidak disebutkan perihal mempertimbangkan yang baik maupun yang buruk. Artinya, dibanding posisi kritikus sebagai "ahli tentang baik buruknya sesuatu", posisi pengkaji ini lebih rendah hati, karena jika masih mempelajari, memeriksa, menyelidiki, menguji, dan menelaah, tentunya belum ahli dong. Jika posisi kritikus seolah-olah "di luar" dunia dan menilai, maka posisi pengkaji sebetulnya berada "di dalam" subyek kajiannya sendiri, sebagaimana manusia berada di dalam dunia, karena ketika bertolak dari antiesensialisme sama juga artinya sampai kepada konstruktivisme, yang menekankan kreasi spesifik kultural historis atas kategori-kategori dan gejala-gejala berlandaskan pertimbangan antirepresentasionalis atas bahasa bahasa, termasuk ungkapan media dan seni, bukan cermin yang mampu memperlihatkan dunia obyek independen, melainkan alat yang digunakan manusia untuk mencapai tujuannya. Bahasa juga media dan seni adalah representasi, jadi kebenarannya dibuat. Representasi tidak menggambarkan dunia, melainkan menyusunnya. Batas-batas bahasa, media, dan ungkapan seni, menandai tepian pemahaman kognitif manusia. Demi akulturasi di dalam dan melalui bahasa, nilai, makna, serta pengetahuan manusia tersusun. Dalam konstruktivisme tiada elemen budaya transendental atau ahistoris bagi manusia. Manusia dibentuk melalui proses sosial, menggunakan materi budaya yang dikenal bersama dalam praktik serta wacana, dan makna terbentuk dalam tindak gabungan dari hubungan-hubungan sosial. Maka dalam kerja pengkajian, peta dan konstruksi dunia bukan sekadar interpretasi individual, melainkan keniscayaan penampilan budaya dari penjelasan diskursif, sumber-sumber, dan peta-peta makna yang tersedia bagi para pendukung kebudayaan ibid., 32-3.Standar kritikmungkinkah?Jika dalam konsep konstruktivisme seorang pengkaji mesti mengungkapkan posisi budaya ataupun ilmiah yang diambilnya terlebih dahulu, sebagai bagian penting dari kerja pengkajian, supaya skema intersubyektivitasnya jelas dan dapat diuji; dalam konsep esensialisme seorang kritikus, sebagai ahli tentang yang baik dan yang buruk, akan menilai karya seni dari "luar dunia", untuk menerapkan kriteria-kriteria "standar" yang akan berlaku untuk semua karya seni, di segala zaman dan segala tempat, demi penilaian yang diandaikan juga akan menjadi standar, baik untuk wajib ditonton atau tidak perlu ditonton, diberi penghargaan atau ditunjukkan "kelemahan"-nya dan berdasarkan "standar" dalam pendekatan esensialis, baik dan buruknya karya ditentukan; dalam pendekatan konstruktivis justru faktor-faktor sosial penyusun nilai baik dan buruk itu diperiksa, karena esensi dan substansi dipandang sebagai konstruksi sosial. Mesti dapat dijelaskan, baik dan buruk itu bukan suatu obyek independen, melainkan ditentukan oleh konteks sosial. Pada gilirannya bukanlah baik dan buruknya suatu karya yang begitu perlu "dinilai" dalam sebuah kajian, melainkan bagaimana gejala kebudayaan terbentuk oleh-maupun membentuk-karya tersebut, sehingga mitos-mitos kebudayaan yang dengan sendirinya dianggap benar, ketersusunannya bisa dipergoki dan diperiksa melalui hidup kritik dalam fungsi esaiBetapapun, sangat keliru jika dengan uraian tentang pemikiran esensialis terdapat kesan bahwa kritik seperti tidak mempunyai hak hidup. Sebaliknya, keberadaan kritik terlalu penting dalam sosialisasi seni, agar dapat hadir sebagai bagian dari wacana sosial budaya secara proporsional, untuk mengimbangi mesin promosi kadang berbentuk "kritik" juga! yang penuh selubung manipulasi, maupun mendekatkan jarak ketika suatu karya menghadirkan bahasa seni baru yang belum dikenal. Dalam pendekatan Teori Kritis, kritik ini bahkan terselamatkan dari esensialisme, karena menjadi kritis berarti emansipatoris, yakni menyetarakan, ketika terbongkar betapa nilai kultural baik-buruk, indah-takindah, dll mana pun adalah konstruksi sosial politik yang kontekstual dan historis. Dengan begini, suatu kajian kritis tentulah juga berkategori kritik-kali ini bukan menurut KBBI, melainkan teori kebudayaan. Sebaliknya kajian "ilmiah" tidaklah dengan sendirinya konstruktif, karena esensialisme memang sudah lama berdampak pada ketersesatan teoretis di lingkungan akademik, apalagi kritik adalah upaya berbagi pengalaman, pengamatan, dan penjelasan, bukan perumitan, sehingga kerja seni terhantar memasuki wacana yang melampaui urusan teknis-estetis eksklusif, dan terjelaskan relevansi sosialnya, sebagai seni maupun sebagai media. Hak hidup kritik sama dengan hak hidup suatu esai menerobos batas spesialisasi, menjebol tembok kompartementalisasi, ketika sebagai esai, wacana kritik menjadi arena pergaulan antara para ahli dan kaum awam, dan forum komunikasi antara para spesialis dan para amatir Kleden, 2004 470, bukan dewa penentu baik dan buruknya suatu "substansi" seni. Tentu, tidak kurang-kurangnya esai-kritis dalam pendekatan konstruktivis. Dalam kontras antara esensialisme dan konstruktivisme, semoga jelas pemikiran mana lebih dapat dipertanggungjawabkan.

DDcDg. 442 149 403 292 375 116 363 295 90

esensi terpenting dalam kritik seni adalah